Kamis, 31 Maret 2016

My Wedding #2

My Wedd My Life
                Begitulah setiap orang seharusnya memiliki keinginan, namun berbeda dengan kisahku, yang hanya memimpikan hal tersebut dalam angan-angan.
                Islam adalah sebuah agama yang memiliki sistem yang khas dan unik yang berbeda dengan sistem yang lainnya. Dalam kaitannya dengan pengaturan hubungan pria dan wanita di dalam masyarakat Islam, syariat Islam telah menetapkan satu aturan yang khas yang dibangun atas dasar keimanan terhadap aqidah Islam. Karena itu memahami aturan Islam tentang pengaturan hubungan pria-wanita dalam masyarakatnya harus dilakukan dengan pemahaman apa adanya, tanpa mengukurnya dengan kebiasaan, tradisi, atau adat istiadat di tempat manapun dan sistem apapun.
                Masyarakat pada umumnya menganggap bahwa memilih dan memilah calon pasangan hidupnya adalah dengan berpacaran. Seakan dengan berpacaran merupakan cara yang mutlak dilakukan agar menemukan pasangan hidup yang benar-benar baik nantinya. Namun,dalam hal itu kami berbeda pandangan. Kami melakukan proses ta’aruf yang kami anggap hal tersebut sebagai proses perkenalan yang baik dan sedikit tidak kaku dalam menghadapi masyarakat yang kurang menanggapi proses tersebut sebagai cara yang baik. Ta’aruf berbeda dengan berpacaran, ta’aruf tidak berpegangan tangan, tidak berciuman, tidak berhubungan seks sebelum menikah, tidak say kata-kata sayang dan semacamnya dan tidak jalan bareng berduaan. Itu semua yang kami lakukan walau berat bagi kami, kerena ini merupakan hal yang pertama bagiku, sedang calon suami waktu itu, proses ini bukan kali pertama baginya.
                Waktu perkenalan kami cukup singkat, hanya 1 bulan saja. Setelah itu dilanjutkan proses khitbah dan menentukan tanggal pernikahan. Karena beberapa sebab pernikahan kami dilaksanakan 1,5 tahun setelah proses khtibah tersebut. Walau sebenarnya kami juga agak kecewa sih, hihi. Tapi ku anggap waktu 1,5 tahun untuk memantaskan diri lebih baik lagi dan banyak belajar menghadapi segala kewajiban yang akan dilaksanakan. Dalam rentang waktu yang dibilang lama ya cepat, cepat tapi lama itu kami banyak mencatat hal-hal dari diri masing-masing. Walau pada kenyataannya catatan tersebut tidak seberapa membantu bagi kehidupan rumah tangga kami, karena sedikit demi sedikit di dalam rumah tangga pasti memaksa sifat buruk kita keluar satu persatu, membongkar aib-aib yang telah lama kita simpan, hingga pelan-pelan kita sadar kita tak punya apa-apa lagi untuk disembunyikan. Ya begitulah berumah tangga.
                Ingat perkataan Salim A. Fillah, “pernikahan adalah proses saling mengenal tanpa akhir. Dalam proses saling mengenal itu, tentu ada hal yang menyenangkan ada yang tidak. Ada yang membanggakan ada yang tidak. Sehingga proses saling mengenal yang tak didahului oleh kesiapan untuk menerima hanya akan melahirkan perasaan kecewa, yang jika ditumpuk lama-lama akan sangat berbahaya”. Dari situ muncul pemikiran bagaimana dengan proses pacaran? Justru dengan pacaran lah kita selalu mendapati calon pasangan kita hanya yang baik-baik saja. Seakan akan dialah manusia sempurna yang diciptakan Tuhan untuk hidup kita kelak. Pacaran malah menutup rapat keburukan-keburukan pasangan kita karena yang ditonjolkan hanya kesempurnaan yang dimiliki masing-masing. Berbeda dengan ta’aruf, kita diperbolehkan untuk menanyakan keburukan-keburukan, masa lalu dan hal apa yang membuat dia tidak suka kepada orang terdekatnya semisal orang tuanya, saudaranya atau teman-temannya.
Akhirnya, tepat pada tanggal 14 Februari 2014, akhirnya kami melangsungkan akad nikah di Masjid Manarul Sawojajar-Malang dan dihadiri saudara dan teman-teman. Saat itu babe menjadi wali dariku dan menikahkanku dengan pria yang sholeh yang sudah kukenal dengan baik. Sayangnya, dalam akad nikah tidak ada satupun temanku yang terdekat hadir disitu untuk turut mendoakan T.T. memang bukan tanpa alasan tidak mengundang teman-teman secara pribadi. *tear* Dalam acara pernikahan tersebut dari pihak wanita tidak mengadakan acara besar-besaran, setelah akad nikah berlangsung malam harinya hanya diadakan pengajian kecil-kecilan mengundang 50 0rang tetangga saja. Ingat kata Rosul SAW “Adakanlah walimah, meski hanya dengan satu ekor kambing.” Jadi keluarga kami tetap mengadakan acara walau hanya pengajian dan makan-makan meski sederhana namun Rosul tetap menganjurkan adanya pesta.
                Sedihnya tetangga sekitar menganggap bahwa mempelai wanita ini sudah mengalami MBA alias married by accident T.T karena menikah di usia 20 tahun. Bayangkan saja, kami hanya berkenalan dengan jarang bertatap muka saja masih ada orang yang su’udzon dengan kami. Bagaimana dengan yang jelas-jelas berpacaran? Dunia ini sudah dibutakan.
                Keesokan harinya, kami bersiap siap menuju gedung Sasana Krida UM Malang guna diadakan acara unduh mantu yang dibalut dengan acara resepsi. Ya, acara tersebut diadakan oleh pihak laki-laki. Dalam acara tersebut, semua tamu undangan hadir. Dari pihak wanita hanya 4 orang terdekat yang hadir dari 5 yang disebar. Selebihnya hadir para saudara pihak laki-laki, saudara pihak wanita, teman-teman kantor ortu dan teman-teman pengajian yang sedikit banyak mendominasi acara tersebut.
                Pada acara resepsi ini kami mengonsep tatanan ruangan dengan memisah antara mempelai wanita dan laki-laki, memisah tamu wanita dan laki-laki. Ini yang disebut dangan hijab atau tabir dalam walimah. Karena mempelai wanita ber-tabarruj (berhias/bersolek) maka perlu diberikan hijab/tabir dan mayoritas semua keluarga juga bersolek dan berhias maka sangat dianjurkan untuk dihijab.
                Kemudian untuk menjamu tamu dengan makanan dan proses ramah tamah juga seyogyanya tamu laki-laki dan wanita juga dipisah karena kita dianjurkan untuk tidak ikhtilat yakni bercampur baur antara laki-laki dan wanita di suatu tempat.

                Segenap rangkaian acara pun berakhir, hingga akhirnya kami pun benar-benar menjalani kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya. Jika kemarin masih satu atap dengan ortu kini kami sudah harus mandiri dan berusaha sendiri tanpa meminta sokongan dari ortu. Banyak hal telah terjadi di kehidupan kami selama berumah tangga kurang lebih 2 tahun hingga kami memiliki seorang putra. Seperti yang sudah ada di my wedding #1, bahwa tidak selalu kehidupan rumah tangga seperti kisah Cinderella, setelah menikah lalu hidup secara bahagia selamanya tanpa kendala. Pasti ada saja masalah, baik perbedaan dan perdebatan. Tergantung dari kita masing-masing yang menjalankan dan mau menerima segala kekurangannya.
                Lalu ada yang mengatakan, “toh dengan ta’aruf tidak menjamin kehidupan rumah tangga akan berjalan mulus dan baik-baik saja, buktinya masih ada cekcok?”. Baik pacaran maupun ta’aruf tidak menjamin bahwa kehidupan yang akan dijalani akan berjalan mulus, hanya saja kalau sebuah pernikahan diawali dengan berpacaran maka Alloh SWT tidak menyukai hal tersebut dan bisa jadi Alloh murka terhadap pernikahan tersebut. Apalagi ditambah acara pernikahan yang ikhtilat/ campur baur. Oleh sebab itu, kita anggap saja setiap permasalahan yang dihadapi itu sebagai cara menebus dosa-dosa yang kita perbuat di masa lampau.
                Dari semua yang sudah ku jalani ini, pengalaman ku entah itu baik atau buruk namun ku jadikan itu semua sebagai pengalaman yang berharga. Diriku yang penuh dosa ini hanya berpesan kepada siapapun yang hendak menikah: “Daripada kita habiskan waktu bertahun-tahun untuk saling mengenal, padahal itu tidak menjamin apa-apa kecuali peluang untuk melakukan dosa, lebih baik kita membangun kesiapan untuk menerima. Sehingga siapa pun yang kelak menjadi teman kita dalam membina rumah tangga, apakah kita sudah begitu mengenalnya atau baru sekadar tahu nama, ia akan bahagia karena kesediaan kita menerima ketidaksempurnaanya. Bahwa di dalam diri kita ada jiwa yang begitu lapang, yang siap menampung berbagai cerita, mimpi, amarah, keluh, kesah, luka dan air mata”

Demikianlah al fakir bercerita sepenggal kisah ini, moga dapat memotivasi semua.


                

Senin, 28 Maret 2016

My Wedding #1

          Dalam hidup ini pasti kita semua memiliki impian, baik itu sudah tercapai maupun yang akan dicapai. Hanya saja, bagaimana cara kita untuk meraihnya sesegera mungkin agar impian itu segera tercapai.
          Pernah ku impikan sebuah pernikahan yang indah, simple dan elegan. Nantinya kami bersanding di pelaminan dengan suasana yang sangat sakral, comfy dan memorable.

keluarga kecilku

          Kami melangsungkan akad nikah pada tanggal 14 Februari 2014. Alhamdulilllaah saya telah menemukan calon suami pada waktu itu yang Sholeh, baik hati, bertanggung jawab, dari keluarga baik-baik dan sangat menarik kepribadiannya. Saya dipertemukan oleh dia dengan cara perjodohan (pertemuan wali dengan wali) yang diawali dengan proses ta'aruf dan dilanjutkan khitbah (lamaran/ mengikat). Kedua belah pihak keluarga telah bertemu, kami saling memandang kala itu, berharap bahwa dialah satu-satunya yang menjadi pelabuhan terakhir setelah lama mencari. Dan berusaha saling menemukan kecocokan diantara kami, walau pada kenyataannya kami sama sekali tidak menemukan kecocokan satu sama lain saat berumah tangga. Banyak hal yang tidak sinkron di antara kami dan membuat kami sering berbeda pendapat. Walau begitu, kami menjadikan perdebatan tersebut sebagai pembelajaran kelak di masa tua kami agar lebih dewasa dan mahir dalam menyikapi suatu masalah dan perbedaan. Jadi kita sangat enjoy dan menikmati setiap perdebatan, perbedaan dan masalah-masalah tersebut. Namun, kami selalu berusaha meminimalisir situasi dan kondisi yang tidak baik.

the Digital Me

Digital me...
              Ini adalah sepenggal kisah dari saya yang menceritakan kehidupan saya, keluarga dan orang tersayang, orang orang yang telah membuat kehidupan saya menjadi amazing and wonderful. Pasca menikah dengan suami saya pada 14 Februari 2014 kami menjalani kehidupan kami di rumah kontrakan dekat mertua saya. Di kompleks perumahan dosen Unmer Malang. Kami memulai pernikahan kami dan membangun cakram finansial kami dengan memulai bisnis minuman Cokelat.  Cokelat Syarie namanya, saat itu gerai minuman cokelat syarie dapat ditemui di area kampus UB, 2 gerai franchisee di Sidoarjo dan 1 gerai di depan kantor kami. Kami banyak mengikuti berbagai event-event yang ada di kota Malang dan Surabaya. Dengan memiliki seorang pegawai kami optimis dapat membangun bisnis ini dengan baik dan maju.

Sabtu, 26 Maret 2016

Wonderful Me #2 (bagian 2)

Semenjak lulus dari sekolah menengah, saya tidak langsung memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, mengingat kala itu ortu berharap saya segera mendapat pekerjaan agar mengurangi beban keluarga kami. Akhirnya berkat kenalan ayah yang bekerja di sebuah showroom mobil, saya diterima bekerja di sebuah instansi pendidikan berbasis islami di daerah Tlogomas. Awalnya saya akan ditempatkan di sebuah RS baru milik universitas yang sedang dibangun kala itu. Harapannya saya akan ditempatkan pada bagian dapur menjadi co. chef disana. Sambil menanti RS tersebut terbangun saya diperbantukan untuk mem back up Kaur. Administrasi Umum. Lokasi nya berdekatan dengan gedung rektorat.  

Jumat, 25 Maret 2016

NGALAM KIPA

Kota Malang yang bagus, NGALAM KIPA biasa disebut merupakan tempat saya besar. Walau lahir di Boyolali namun disana hanya menjadi numpang lahir bagi saya. Sejak umur 3 bulan setelah lahir saya langsung dibawa oleh ibu saya ke Kota Malang mengikuti jejak ayah saya atau yang akrab kami sapa “babe”. Yah babe kita ini memang asli Malang yakni lahir di daerah Pattimura- Kec. Klojen yang notabene daerah ini adalah jantung kota Malang. Babe lahir pada tahun 1967 sedangkan ibu saya lahir pada tahun 1969 di Kota Jakarta, walau sepertinya terpaut jarak yang jauh, mereka memiliki segudang cerita mengapa akhirnya bertemu dan kemudian memutuskan untuk menikah di tahun 1991 dan menetap pula di Malang hingga saat ini. Babe ini KERA NGALAM ASLI lho. Beliau lahir dan besar disini. Banyak sekali petualangan babe di Malang sampai kami sulit mengingat ceritanya satu persatu.

How Great my Campus

                Indahnya rencana Tuhan, tak disangka, sang pangeran pun datang. Anak baru lulus sekolah ini, yang baru bekerja demi membantu orang tua setidaknya tidak merepotkan orang tua kala itu, kemudian berniat kuliah agar dapat menimba ilmu, sepertinya harus kembali mengubah rencana ke depan.
                Ibu saya memiliki aktivitas pengajian di salah satu organisasi masyarakat, disitulah kami bertemu ibu mertua saya dan dua adik ipar saya yang cantik-cantik. Mereka mencari pasangan untuk sang kakak yang sudah berumur 26 tahun. Perjodohan itu tiba, kami bertemu. Jeng Jeng Jeng Jeng…..pangerannya handsome sih menurut saya waktu itu hii hii.. dan hebatnya dia berencana segera menikah. Nah, disinilah ceritanya panjang. (Next ceritanya di My Wedding yaaaa)

Kamis, 17 Maret 2016

Wonderful Me #1 (bagian 1)

Hidup itu bagaikan roda yang berputar. Adakalanya hidup berada di atas, adakalanya hidup berada di bawah. Adakalanya susah, adakalanya senang. Adakalanya kaya, adakalanya miskin. Adakalanya sehat, adakalanya sakit. Adakalanya lapar, adakalanya kenyang. Adakalanya jatuh cinta, adakalanya putus cinta. Begitulah roda kehidupan berputar, tanpa memandang siapa yang akan mengalami dan siapa yang akan merasakannya.
*********************************************************************************
 
The Digital Me Blogger Template by Ipietoon Blogger Template