Jumat, 25 Maret 2016

NGALAM KIPA

Kota Malang yang bagus, NGALAM KIPA biasa disebut merupakan tempat saya besar. Walau lahir di Boyolali namun disana hanya menjadi numpang lahir bagi saya. Sejak umur 3 bulan setelah lahir saya langsung dibawa oleh ibu saya ke Kota Malang mengikuti jejak ayah saya atau yang akrab kami sapa “babe”. Yah babe kita ini memang asli Malang yakni lahir di daerah Pattimura- Kec. Klojen yang notabene daerah ini adalah jantung kota Malang. Babe lahir pada tahun 1967 sedangkan ibu saya lahir pada tahun 1969 di Kota Jakarta, walau sepertinya terpaut jarak yang jauh, mereka memiliki segudang cerita mengapa akhirnya bertemu dan kemudian memutuskan untuk menikah di tahun 1991 dan menetap pula di Malang hingga saat ini. Babe ini KERA NGALAM ASLI lho. Beliau lahir dan besar disini. Banyak sekali petualangan babe di Malang sampai kami sulit mengingat ceritanya satu persatu.



Sayangnya, babe tidak diberi kesempatan untuk melihat cucunya yang sudah menginjak 1 tahun saat ini. Babe wafat pada bulan Juni tanggal 12 tahun 2015 lalu. Babe terkena Adenokarsinoma atau Kanker Paru-paru stadium 4 dan sudah selesai menjalani segenap rangkaian kemoterapi di RSSA Malang. Selama 1 tahun sejak didiagnosa ada masalah dengan jantung dan paru-parunya babe sudah tidak pernah masuk kerja, terhitung sejak Lebaran 2014 hingga Ramadhan 2015 babe mengalami sakit tersebut.  Berarti selama 1 tahun pula babe menderita sakit itu. Dan Alloh SWT memiliki rencana lain untuk kita semua. Pada saat itu Alloh memanggil babe untuk selama lamanya dan belum pernah sekalipun babe menggendong cucunya (Zidan) karena ditakutkan terkontaminasi hal-hal yang kita tidak ketahui asalnya. Baik ibu, kakak saya, saya sendiri dan adik adik pun telah ikhlas melepas kepergian babe untuk selama lamanya. Babe telah menjadi kenangan untuk saya secara mendalam. Beliau tidak pernah marah dengan memukul saya walau amarahnya sangat tinggi. Babe juga yang mengajarkan kami semua untuk hidup tegar, kuat dan sabar dengan terpaan masalah ekonomi yang melanda keluarga kami di masa krismon (krisis moneter) tahun 1999. Babe is the best..
                Mengingat babe, akan selalu mengingatkan saya tentang Kota Malang. Kota ini tidak pernah lepas dari memori dan akan selalu menjadi yang terindah. Jodoh saya pun tidak jauh-jauh dari sini yakni kota Malang juga. Akhirnya takdir yang terus membawa saya tetap berada di Malang.
                Sejauh ini, selama saya masih bernafas dan masih hidup di dunia ini, saya sangat jarang melakukan aktivitas rekreasi. Baru-baru ini saja sejak menikah dan memiliki seorang putra baru saya sangat-sangat membutuhkan aktivitas rekreasi. Sejak sekolah menengah tidak pernah dalam suatu waktu bepergian dengan teman atau kekasih ke suatu tempat. Btw, dulu saya sangat lugu dan polos lho ,,wkwkw jadi tidak pernah tuh bepergian dengan teman laki-laki atau dengan teman perempuan sekalipun ke tempat yang jauh karena saya sendiri merasa tidak nyaman jika bepergian tidak dengan keluarga atau orang yang dipercaya bisa melindungi saya.
                Sejauh mata memandang kota Malang pasti kita selalu disuguhi yang namanya gunung, ya Malang dikelilingi oleh gunung-gunung/ pegunungan. Bahkan dari utara, timur, selatan dan barat nya pun semua pegunungan dan dataran tinggi. Sudah barang tentu, terdapat banyak sekali tempat wisata dan tempat rekreasi di kota ini. Sungguh menarik bukan?
                Ada Gunung Bromo dan Gunung Semeru yang berdiri sebelahan, di daerah Tengger Kec. Tumpang-Malang namun sebagian lokasinya termasuk kota Probolinggo. Untuk menuju kesana kita bisa melewati jalan dari Malang yakni melalui arah ke Tumpang atau dengan masuk ke kota Probolinggo terlebih dahulu. Jangan dikira saya yang besar dan tinggal di kota ini pernah ke Gunung Bromo, tentu saja tidak dan belum pernah, hehehe. Saya tidak memiliki keberanian untuk mendaki dan menaiki jalan ke gunung tersebut. Walau katanya Ranukumbolo dan Ranupane sangat indah dan menakjubkan namun belum ada keberanian untuk berangkat karena dibutuhkan persiapan yang cukup banyak baik fisik, mental dll.
                Aktivitas rekreasi saya di Malang hanya aktivitas wisata yang tidak membutuhkan persiapan yang berlebihan seperti halnya naik gunung. Sumber Maron, Sumber Pitoe, Coban Pelangi dan Sumber air panas Cangar inilah yang sudah saya kunjungi. Sumber Maron terletak di Gondanglegi, Kab. Malang, disini kita dapat menikmati suasana mini rafting atau river tubbing yakni wisata dengan pemandangan di sungai dikelilingi bebatuan dan terdapat air terjun di salah satu mata airnya. Saya beserta suami dan 2 orang rekan bisnis kami memulai aksi rafting dengan menggunakan ban karet besar, di bagian persewaan ban karet terdapat ban berukuran kecil, sedang dan besar sekali, kami ber- 4 memilih ban yang berukuran sedang namun besar dan cukup menampung badan kami yang besar-besar. Yuhuu, rafting dimulaii, dan ini merupakan pengalaman saya yang pertama dalam hal nyebur ke sungai. Ban kami meliuk liuk di aliran sungai hingga oleng di beberapa ban.
Ban karetnya cukup besar sih, cukup untuk menopang badan kami yang besar-besar, extra large.

Harus ada yang menjadi supir di antara kami dan ada yang menjadi controller di bagian belakang, selaku supir yakni suami saya yang menuntun ke arah jalan yang benar dan memberi kode jika ada batu yang besar, dan sebagai controller di bagian belakang yakni Mas Arfan Kubela, bertugas mengecek apakah jalan sudah benar. 
Kemudian selang beberapa minggu kami beranjak untuk mencoba wisata berikutnya,  yakni Sumber Pitoe, terletak di dusun Duwet Krajan, dari pasar Tumpang, para pengunjung harus menempuh perjalanan hingga Balai Desa Wringinanom, arah Gubuk Klakah. Selanjutnya tepat di depan Balai Desa, arah kiri terdapat jalan utama menuju Duwet Krajan. Hingga lokasi parkir masih berjarak sekitar 3-4 Km, melewati perkebunan apel dan sayur yang hijau.
Pengunjung bisa parkir di sekitar Balai Desa Duwet Krajan maupun sedikit ke atas di depan kebun Cengkeh, warga sekitar akan dengan senang hati menjaga kendaraan Ngalamers dengan tarif seikhlasnya. Tak ada tarif masuk untuk menuju kawasan ini, namun jangan kaget jika warga sekitar akan meminta sumbangan seikhlasnya untuk perbaikan akses jalan menuju lokasi. Sebelum menuju lokasi pun kami tidak sedikit menemui hambatan, salah satunya jalan yang sangat terjal dan menurun untuk menempuh ke lokasi, sangat licin walau tidak hujan namun tanahnya gembur dan susah ditapaki. Sedihnya saya menggunakan alas kaki merk Cr*cs yang mana sangat licin ketika sudah dipakai beratus ratus kali apalagi kemudian digunakan untuk climbing dan hiking. *tear* saya berkali kali mau terpeleset dan jatuh kemudian saya mencoba berjalan dengan jongkok, berbeda dengan suami dan 2 rekan kami, mereka sangat pandai menyusuri jalan tersebut, seakan akan alas kaki mereka terdapat jarum-jarum yang menempel sehingga bisa menapak ke tanah dengan kuat hahaha LOL. Mereka terkesan sok bisa dalam menuruni tebing-tebing dan jalan yang terjal ini untuk bisa mencapai lokasi.
hmmm, so sweet. so sweet lah, kalo ngga digandeng mana mau saya ngelanjutin jalan. hahahah LOL.
Akhirnya suami saya pun terjatuh dan terpeleset jugaa, hahahaha. LOL. Ketawa-ketawa banget ngeliatnya, tapi itu cuman di dalam hati saja, hahaha. Kalo diluar penampakannya kasian juga ngeliat dia jatuh, hihi. Akhirnyaaa, setelah melewati cobaan yang berat bagi saya, sampailah kami di lokasi tersebut. Sebelum menuju sumber yang berjumlah pitu tersebut kami menemui 1 air terjun yak cukup tinggi namanya Air Terjun Ringin Gantung karena terdapat pohon beringin di sekitarnya, cukup bisa dijadikan salam sambutan kedatangan menuju sumber pitoe nya.

monggo, selamat datang di Air Terjun Ringin Gantung, banyak pohon beringinnya. amaze..
Amazing and crazy time disini. Kata orang luar Ngalam air terjun Sumber Pitoe merupakan air suci dan pernah dijadikan tempat ritual karena sangat berhubungan erat dengan Gunung Bromo. Want to see again like that day. Memorable..

this is it, the Sumber Pitoe Waterfall
Perjalanan kami seakan tinggal sejengkal lagi menuju Gunung Bromo, padahal kalau mau dihitung ya masih jauh. Seakan akan Gunung Bromo tinggal selangkah karena keindahannya nampak jelas ketika kami memulai perjalanan ke Coban Pelangi. Letaknya tidak jauh dari Sumber Pitoe sih hanya saja jalannya cukup menanjak mengingat daerah tersebut daerah dataran tinggi. Wisata Air Terjun Coban Pelangi terletak di desa Gubukklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pintu masuk Coban Pelangi tidak jauh dari pinggir jalan. Untuk kendaraan roda empat bisa parkir di depan pintu masuk, sedangkan roda dua disediakan parkir didalam. HTM wisata Coban pelangi Rp. 8.000,- per orang, masih cukup terjangkau. Memasuki area wisata coban pelangi, kita akan dibawa kejalan setapak berundak menurun cukup terjal. Sedangkan jarak yang akan ditempuh sampai lokasi air terjun, sekitar 1 km. Air terjun coban pelangi jatuh dari ketinggian 110 m. Disekiling air terjun  merupakan tebing batu karang yang menjulang tinggi. Hawanya sejuk, ditambah percikan air dingin menyebar disekitar lokasi.

the Coban Pelangi Waterfall. 110 km ketinggian
Mendekati air terjun mesti hati-hati, karena harus melewati bebatuan yang licin. Bahaya lain sebenarnya jaga mengancam, di beberapa sisi tebing terlihat bekas longsoran. Ngeri saya melihatnya. Untuk beberapa saat saya ditinggal suami dan rekan kami untuk melihat lebih dekat air terjun coban Pelangi ini, saya tidak ikut karena terlalu licin dan terjal. Dan, betapa ketakutannya saya kala itu, ditinggal sendiri di area pengunjung sedangkan mereka asyik asyik berfoto dan saya menahan ketakutan karena takut sendiri dan hari mulai malam. Kenapa mereka tidak mengingat saya sih? Saya takut sekali suasananya cukup mencekam bagi saya.

with kesayangan
Fiiuh ..akan tetapi wisata di Coban Pelangi cukup amaze lah, walau untuk pulang kembali ke parkiran harus menempuh jalan yang sangat menanjak pula dan melelahkan.
foto-foto sendiri!! sungguh teganya dikau, engga tau apa kalo daku takut ditinggal *tear*
                Kemudian destinasi selanjutnya kami berangkat ke Sumber Air Panas Cangar, disini saya merasa dibohongi dan dikelabui oleh suami dan 2 rekan saya. Mereka seakan tidak peduli dengan saya yang takut akan 3 hal, gelap, sendiri dan melihat pohon cemara. Dan, malam itu mereka semua melakukannya pada saya. Perjalanan menuju Air Panas Cangar sangat dipenuhi dengan aroma pohon cemara yang membuat phobia saya akan pohon tersebut kembali muncul dan merinding dibuatnya. Setelah sampai disana, pukul 7.00malam namun masih banyak yang berendam di area tersebut. Herannya kok sudah malam belum tidur sih? Hahaha, sempat-sempatnya pula berendam disini, pikir saya. Ternyata di dalam kegelapan mereka semua mengajak saya ke area berendam dan walaaa…yah saya enjoy sekali dengan hal itu. Ditambah suasana barbequan dan bakar bakaran kami sontak menjadi perhatian teman-teman berendam disekeliling kami. Rekan kami membawa kompor portable yang biasa dipakai camping dan climbing. Mereka membawa sosis besar untuk dibakar, ditambah energen, pop mie dan smoked beef sebagai tambahan. Mungkin orang-orang yang sedang berendam kala itu berpikir “cek niat e berendam sambil gowo-gowo kompor ambek bakar bakaran” (baca: niat banget berendam sambil bawa kompor dan bakar bakaran) tapi kami cuek saja. Yang penting happy. Pada wisata ke Cangar ini kami tidak berfoto-foto mengingat kami ke lokasi dalam kondisi hari sudah malam dan area sangat gelap dikelilingi hutan belantara yang saya tidak tau apa isinya, dan saya sempat terbayang akan didatangi seonggok serigala karena ada adegan bakar membakar sosis dan smoked beef disitu dan si serigala ingin ikut nimbrung dengan kami, hahahaha LOL.
Semua wisata yang saya jelajahi bersama suami dan rekan ini cukup menghilangkan penat di kepala dan suntuk sehari hari.
Dan cukup membuat saya mengenal lebih dalam keindahan-keindahan, panorama dan wisata yang berada di Kota Malang dan sekitarnya. Kami sangat bangga menjadi Ngalamers. Walau saya lahir bukan di kota ini, hanya saja ikatan batin saya dengan kota ini sangatlah kuat. Kota ini seperti menjadi obat buat saya, tanpa ada kekurangan apapun. Hanya saja Aremania dan Aremanita yang selalu di hati ini seringkali membuat jalanan macet dan padat karena konvoi pertandingan akan datang namun saya secara pribadi tidak menghiraukan teman-teman yang sangat meng idolakan club sepak bola yang sangat terkenal seantero nasional ini.

Terimakasih Ngalam, sudah membuat hari hari kami menjadi lebih indah dan menyenangkan, so amazing and wonderful. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
The Digital Me Blogger Template by Ipietoon Blogger Template