Kota Malang yang bagus,
NGALAM KIPA biasa disebut merupakan tempat saya besar. Walau lahir di Boyolali
namun disana hanya menjadi numpang lahir bagi saya. Sejak umur 3 bulan setelah
lahir saya langsung dibawa oleh ibu saya ke Kota Malang mengikuti jejak ayah
saya atau yang akrab kami sapa “babe”. Yah babe kita ini memang asli Malang
yakni lahir di daerah Pattimura- Kec. Klojen yang notabene daerah ini adalah
jantung kota Malang. Babe lahir pada tahun 1967 sedangkan ibu saya lahir pada
tahun 1969 di Kota Jakarta, walau sepertinya terpaut jarak yang jauh, mereka
memiliki segudang cerita mengapa akhirnya bertemu dan kemudian memutuskan untuk
menikah di tahun 1991 dan menetap pula di Malang hingga saat ini. Babe ini KERA
NGALAM ASLI lho. Beliau lahir dan besar disini. Banyak sekali petualangan babe
di Malang sampai kami sulit mengingat ceritanya satu persatu.
Sayangnya, babe tidak diberi kesempatan untuk melihat cucunya yang sudah menginjak 1 tahun saat ini. Babe wafat pada bulan Juni tanggal 12 tahun 2015 lalu. Babe terkena Adenokarsinoma atau Kanker Paru-paru stadium 4 dan sudah selesai menjalani segenap rangkaian kemoterapi di RSSA Malang. Selama 1 tahun sejak didiagnosa ada masalah dengan jantung dan paru-parunya babe sudah tidak pernah masuk kerja, terhitung sejak Lebaran 2014 hingga Ramadhan 2015 babe mengalami sakit tersebut. Berarti selama 1 tahun pula babe menderita sakit itu. Dan Alloh SWT memiliki rencana lain untuk kita semua. Pada saat itu Alloh memanggil babe untuk selama lamanya dan belum pernah sekalipun babe menggendong cucunya (Zidan) karena ditakutkan terkontaminasi hal-hal yang kita tidak ketahui asalnya. Baik ibu, kakak saya, saya sendiri dan adik adik pun telah ikhlas melepas kepergian babe untuk selama lamanya. Babe telah menjadi kenangan untuk saya secara mendalam. Beliau tidak pernah marah dengan memukul saya walau amarahnya sangat tinggi. Babe juga yang mengajarkan kami semua untuk hidup tegar, kuat dan sabar dengan terpaan masalah ekonomi yang melanda keluarga kami di masa krismon (krisis moneter) tahun 1999. Babe is the best..
Sayangnya, babe tidak diberi kesempatan untuk melihat cucunya yang sudah menginjak 1 tahun saat ini. Babe wafat pada bulan Juni tanggal 12 tahun 2015 lalu. Babe terkena Adenokarsinoma atau Kanker Paru-paru stadium 4 dan sudah selesai menjalani segenap rangkaian kemoterapi di RSSA Malang. Selama 1 tahun sejak didiagnosa ada masalah dengan jantung dan paru-parunya babe sudah tidak pernah masuk kerja, terhitung sejak Lebaran 2014 hingga Ramadhan 2015 babe mengalami sakit tersebut. Berarti selama 1 tahun pula babe menderita sakit itu. Dan Alloh SWT memiliki rencana lain untuk kita semua. Pada saat itu Alloh memanggil babe untuk selama lamanya dan belum pernah sekalipun babe menggendong cucunya (Zidan) karena ditakutkan terkontaminasi hal-hal yang kita tidak ketahui asalnya. Baik ibu, kakak saya, saya sendiri dan adik adik pun telah ikhlas melepas kepergian babe untuk selama lamanya. Babe telah menjadi kenangan untuk saya secara mendalam. Beliau tidak pernah marah dengan memukul saya walau amarahnya sangat tinggi. Babe juga yang mengajarkan kami semua untuk hidup tegar, kuat dan sabar dengan terpaan masalah ekonomi yang melanda keluarga kami di masa krismon (krisis moneter) tahun 1999. Babe is the best..
Mengingat babe, akan selalu
mengingatkan saya tentang Kota Malang. Kota ini tidak pernah lepas dari memori
dan akan selalu menjadi yang terindah. Jodoh saya pun tidak jauh-jauh dari sini
yakni kota Malang juga. Akhirnya takdir yang terus membawa saya tetap berada di Malang.
Sejauh ini, selama saya masih
bernafas dan masih hidup di dunia ini, saya sangat jarang melakukan aktivitas
rekreasi. Baru-baru ini saja sejak menikah dan memiliki seorang putra baru saya
sangat-sangat membutuhkan aktivitas rekreasi. Sejak sekolah menengah tidak
pernah dalam suatu waktu bepergian dengan teman atau kekasih ke suatu tempat.
Btw, dulu saya sangat lugu dan polos lho ,,wkwkw jadi tidak pernah tuh
bepergian dengan teman laki-laki atau dengan teman perempuan sekalipun ke
tempat yang jauh karena saya sendiri merasa tidak nyaman jika bepergian tidak
dengan keluarga atau orang yang dipercaya bisa melindungi saya.
Sejauh mata memandang kota
Malang pasti kita selalu disuguhi yang namanya gunung, ya Malang dikelilingi
oleh gunung-gunung/ pegunungan. Bahkan dari utara, timur, selatan dan barat nya
pun semua pegunungan dan dataran tinggi. Sudah barang tentu, terdapat banyak
sekali tempat wisata dan tempat rekreasi di kota ini. Sungguh menarik bukan?
Ada Gunung Bromo dan Gunung
Semeru yang berdiri sebelahan, di daerah Tengger Kec. Tumpang-Malang namun
sebagian lokasinya termasuk kota Probolinggo. Untuk menuju kesana kita bisa
melewati jalan dari Malang yakni melalui arah ke Tumpang atau dengan masuk ke
kota Probolinggo terlebih dahulu. Jangan dikira saya yang besar dan tinggal di
kota ini pernah ke Gunung Bromo, tentu saja tidak dan
belum pernah, hehehe. Saya tidak memiliki keberanian untuk mendaki dan menaiki
jalan ke gunung tersebut. Walau katanya Ranukumbolo dan Ranupane sangat indah
dan menakjubkan namun belum ada keberanian untuk berangkat karena dibutuhkan
persiapan yang cukup banyak baik fisik, mental dll.
Aktivitas
rekreasi saya di Malang hanya aktivitas wisata yang tidak membutuhkan persiapan
yang berlebihan seperti halnya naik gunung. Sumber Maron, Sumber Pitoe, Coban
Pelangi dan Sumber air panas Cangar inilah yang sudah saya kunjungi. Sumber Maron
terletak di Gondanglegi, Kab. Malang, disini kita dapat menikmati suasana mini
rafting atau river tubbing yakni wisata dengan pemandangan di sungai
dikelilingi bebatuan dan terdapat air terjun di salah satu mata airnya. Saya beserta
suami dan 2 orang rekan bisnis kami memulai aksi rafting dengan menggunakan ban
karet besar, di bagian persewaan ban karet terdapat ban berukuran kecil, sedang
dan besar sekali, kami ber- 4 memilih ban yang berukuran sedang namun besar dan
cukup menampung badan kami yang besar-besar. Yuhuu, rafting dimulaii, dan ini
merupakan pengalaman saya yang pertama dalam hal nyebur ke sungai. Ban kami
meliuk liuk di aliran sungai hingga oleng di beberapa ban.
Ban karetnya cukup besar sih, cukup untuk menopang badan kami yang besar-besar, extra large. |
Kemudian selang beberapa minggu
kami beranjak untuk mencoba wisata berikutnya, yakni Sumber Pitoe, terletak di dusun Duwet Krajan, dari
pasar Tumpang, para pengunjung harus menempuh perjalanan hingga Balai Desa
Wringinanom, arah Gubuk Klakah. Selanjutnya tepat di depan Balai Desa, arah
kiri terdapat jalan utama menuju Duwet Krajan. Hingga lokasi parkir masih
berjarak sekitar 3-4 Km, melewati perkebunan apel dan sayur yang hijau.
Pengunjung bisa
parkir di sekitar Balai Desa Duwet Krajan maupun sedikit ke atas di depan kebun
Cengkeh, warga sekitar akan dengan senang hati menjaga kendaraan Ngalamers
dengan tarif seikhlasnya. Tak ada tarif masuk untuk menuju kawasan ini, namun
jangan kaget jika warga sekitar akan meminta sumbangan seikhlasnya untuk
perbaikan akses jalan menuju lokasi. Sebelum menuju lokasi
pun kami tidak sedikit menemui hambatan, salah satunya jalan yang sangat terjal
dan menurun untuk menempuh ke lokasi, sangat licin walau tidak hujan namun
tanahnya gembur dan susah ditapaki. Sedihnya saya menggunakan alas kaki merk
Cr*cs yang mana sangat licin ketika sudah dipakai beratus ratus kali apalagi
kemudian digunakan untuk climbing dan hiking. *tear* saya berkali kali mau
terpeleset dan jatuh kemudian saya mencoba berjalan dengan jongkok, berbeda
dengan suami dan 2 rekan kami, mereka sangat pandai menyusuri jalan tersebut,
seakan akan alas kaki mereka terdapat jarum-jarum yang menempel sehingga bisa
menapak ke tanah dengan kuat hahaha LOL. Mereka terkesan sok bisa dalam
menuruni tebing-tebing dan jalan yang terjal ini untuk bisa mencapai lokasi.
hmmm, so sweet. so sweet lah, kalo ngga digandeng mana mau saya ngelanjutin jalan. hahahah LOL. |
Akhirnya suami saya pun terjatuh dan
terpeleset jugaa, hahahaha. LOL. Ketawa-ketawa banget ngeliatnya, tapi itu
cuman di dalam hati saja, hahaha. Kalo diluar penampakannya kasian juga ngeliat
dia jatuh, hihi. Akhirnyaaa, setelah melewati cobaan yang berat bagi saya,
sampailah kami di lokasi tersebut. Sebelum menuju sumber yang berjumlah pitu
tersebut kami menemui 1 air terjun yak cukup tinggi namanya Air Terjun Ringin
Gantung karena terdapat pohon beringin di sekitarnya, cukup bisa dijadikan
salam sambutan kedatangan menuju sumber pitoe nya.
monggo, selamat datang di Air Terjun Ringin Gantung, banyak pohon beringinnya. amaze.. |
Amazing and crazy time disini. Kata orang
luar Ngalam air terjun Sumber Pitoe merupakan air suci dan pernah dijadikan
tempat ritual karena sangat berhubungan erat dengan Gunung Bromo. Want to see
again like that day. Memorable..
this is it, the Sumber Pitoe Waterfall |
Perjalanan kami seakan tinggal sejengkal
lagi menuju Gunung Bromo, padahal kalau mau dihitung ya masih jauh. Seakan akan
Gunung Bromo tinggal selangkah karena keindahannya nampak jelas ketika kami
memulai perjalanan ke Coban Pelangi. Letaknya tidak jauh dari Sumber Pitoe sih
hanya saja jalannya cukup menanjak mengingat daerah tersebut daerah dataran
tinggi. Wisata Air Terjun Coban Pelangi
terletak di desa Gubukklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Pintu masuk Coban Pelangi tidak jauh dari pinggir jalan. Untuk kendaraan
roda empat bisa parkir di depan pintu masuk, sedangkan roda dua disediakan
parkir didalam. HTM wisata Coban pelangi Rp. 8.000,- per orang, masih cukup
terjangkau. Memasuki area wisata coban pelangi, kita akan dibawa kejalan
setapak berundak menurun cukup terjal. Sedangkan jarak yang akan ditempuh
sampai lokasi air terjun, sekitar 1 km. Air terjun coban
pelangi jatuh dari ketinggian 110 m. Disekiling air terjun merupakan
tebing batu karang yang menjulang tinggi. Hawanya sejuk, ditambah percikan air
dingin menyebar disekitar lokasi.
the Coban Pelangi Waterfall. 110 km ketinggian |
Mendekati air terjun mesti
hati-hati, karena harus melewati bebatuan yang licin. Bahaya lain sebenarnya
jaga mengancam, di beberapa sisi tebing terlihat bekas longsoran. Ngeri saya
melihatnya. Untuk beberapa saat saya ditinggal suami dan rekan kami untuk
melihat lebih dekat air terjun coban Pelangi ini, saya tidak ikut karena
terlalu licin dan terjal. Dan, betapa ketakutannya saya kala itu, ditinggal
sendiri di area pengunjung sedangkan mereka asyik asyik berfoto dan saya
menahan ketakutan karena takut sendiri dan hari mulai malam. Kenapa mereka
tidak mengingat saya sih? Saya takut sekali suasananya cukup mencekam bagi
saya.
with kesayangan |
Fiiuh ..akan tetapi wisata di Coban
Pelangi cukup amaze lah, walau untuk pulang kembali ke parkiran harus menempuh
jalan yang sangat menanjak pula dan melelahkan.
foto-foto sendiri!! sungguh teganya dikau, engga tau apa kalo daku takut ditinggal *tear* |
Kemudian destinasi selanjutnya
kami berangkat ke Sumber Air Panas Cangar, disini saya merasa dibohongi dan
dikelabui oleh suami dan 2 rekan saya. Mereka seakan tidak peduli dengan saya
yang takut akan 3 hal, gelap, sendiri dan melihat pohon cemara. Dan, malam itu
mereka semua melakukannya pada saya. Perjalanan menuju Air Panas Cangar sangat
dipenuhi dengan aroma pohon cemara yang membuat phobia saya akan pohon tersebut
kembali muncul dan merinding dibuatnya. Setelah sampai disana, pukul 7.00malam
namun masih banyak yang berendam di area tersebut. Herannya kok sudah malam
belum tidur sih? Hahaha, sempat-sempatnya pula berendam disini, pikir saya. Ternyata
di dalam kegelapan mereka semua mengajak saya ke area berendam dan walaaa…yah
saya enjoy sekali dengan hal itu. Ditambah suasana barbequan dan bakar bakaran
kami sontak menjadi perhatian teman-teman berendam disekeliling kami. Rekan kami
membawa kompor portable yang biasa dipakai camping dan climbing. Mereka membawa
sosis besar untuk dibakar, ditambah energen, pop mie dan smoked beef sebagai
tambahan. Mungkin orang-orang yang sedang berendam kala itu berpikir “cek niat
e berendam sambil gowo-gowo kompor ambek bakar bakaran” (baca: niat banget
berendam sambil bawa kompor dan bakar bakaran) tapi kami cuek saja. Yang penting
happy. Pada wisata ke Cangar ini kami tidak berfoto-foto mengingat kami ke
lokasi dalam kondisi hari sudah malam dan area sangat gelap dikelilingi hutan
belantara yang saya tidak tau apa isinya, dan saya sempat terbayang akan
didatangi seonggok serigala karena ada adegan bakar membakar sosis dan smoked
beef disitu dan si serigala ingin ikut nimbrung dengan kami, hahahaha LOL.
Semua
wisata yang saya jelajahi bersama suami dan rekan ini cukup menghilangkan penat
di kepala dan suntuk sehari hari.
Dan
cukup membuat saya mengenal lebih dalam keindahan-keindahan, panorama dan
wisata yang berada di Kota Malang dan sekitarnya. Kami sangat bangga menjadi
Ngalamers. Walau saya lahir bukan di kota ini, hanya saja ikatan batin saya
dengan kota ini sangatlah kuat. Kota ini seperti menjadi obat buat saya, tanpa
ada kekurangan apapun. Hanya saja Aremania dan Aremanita yang selalu di hati
ini seringkali membuat jalanan macet dan padat karena konvoi pertandingan akan
datang namun saya secara pribadi tidak menghiraukan teman-teman yang sangat
meng idolakan club sepak bola yang sangat terkenal seantero nasional ini.
Terimakasih
Ngalam, sudah membuat hari hari kami menjadi lebih indah dan menyenangkan, so
amazing and wonderful.
0 komentar:
Posting Komentar